Love For The Darkness [Prolog]

CAST: Yuri – Jessica – Siwon – Hyoyeon – Sooyoung – Donghae

OTHER: Yunho – Kyuhyun

GENRE: Romance – Friendship

TYPE: SERIES [1-??]

LOVE FOR THE DARKNESS

[Prolog]

“Masuklah…!” ajak gadis bertubuh jangkung pemilik penginapan kumuh pada seorang gadis berambut pirang yang tubuhnya lebih kecil dari pada gadis jangkung itu.

“Siapa namamu tadi?” tanya si tubuh jangkung.

“Sooyeon..ah maksudku Jung Jessica..” kata gadis pirang seraya melangkah masuk, ekspresi wajahnya berubah seketika saat masuk ke dalam kamar yang sangat pengap dan bau.

“Aku Choi Sooyoung..kamu bisa panggil aku Sooyoung..”

“Apa hanya ini yang bisa aku dapat?” tanya Jessica merasa ia tak dapat hidup di tempat itu.

Sooyoung tersenyum sinis, lalu berjalan menuju jendela, ia membuka jendela dan pintu balkon agar udara dapat masuk ke ruangan itu.

“Tambah lagi uang sewanya maka kamu akan dapat yang lebih layak..” jawab Sooyoung dingin, Jessica hanya dapat menghela nafas pasrah.

“Ingat, uangmu itu hanya cukup untuk sewa kamar ini 2 minggu saja..!!” tegas Sooyoung lalu berjalan menuju pintu.

“Dan satu lagi..” katanya sambil menatap Jessica.

“Ya?”

“Jangan rusak fasilitas yang ada di sini…!! Selamat malam..” gadis jangkung itupun keluar dari ruangan.

“Cih!! Fasilitas?!!” Jessica memutar bola matanya, rasanya ia kesal sekali dengan gadis jangkung berkulit coklat itu, apalagi kamar yang ia dapat ini sangat mengenaskan..rasanya tak ada lagi yang dapat di rusak di tempat ini, karena semua terlalu mengenaskan untuk dirusak.

Dengan kesal Jessica membanting tas ransel yang ia bawa.

Kalau saja ia tak kabur dari rumah, maka ia tak akan mau tinggal di tempat mengerikan ini, sesaat Jessica menyesal karena ia telah hidup dengan boros selama ini, hingga kemarin ia barus sadar ia hampir tak punya uang tabungan.

“Omma..seharusnya kau tak menikahi pria tua itu..” sedih Jessica, karena menentang pernikahan ibunya, sehingga kini ia berada di tempat mengenaskan ini.

*#*#*#*

Seorang laki-laki berjalan dengan hati-hati menyusuri jalanan yang gelap. Desa kecil ini memang minim dengan penerangan, ia menuju pada sebuah jeep yang terparkir di pinggir jalan masuk desa.

Saat ia membuka pintu mobil seorang gadis yang sedari tadi berada di dalam tersentak kaget dari tidurnya.

“Oh..kau..?!” gumam Hyoyeon sambil membenahi posisi duduknya.

“Maaf membangunkanmu..tapi bukankah kamu tak seharusnya tidur?” tanya laki-laki itu dengan dingin.

Hyoyeon melirik kesal dan menghela nafasnya.

“Maaf..” ucap Hyoyeon sambil mengusap wajahnya yang lusuh.

“Aku sudah tahu di mana dia berada..” kata Siwon seraya menghidupkan mesin mobilnya.

“Benarkah?!” kaget Hyoyeon, ia seperti mendapat angin segar yang memberinya tenaga baru.

“Tapi aku harap dia masih di sana..” Siwonpun menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu dan menuju sebuah penginapan kumuh yang satu-satunya tersedia di desa kecil itu.

*#*#*#*

Yuri membanting kuas yang sedari tadi ia pakai dengan kasar.

Pemandangan malam yang indah di hadapannya ini tak dapat ia abadikan dalam kanvasnya.

Ia menghela nafas dan beranjak dari duduknya.

“Aku ingin bebas..” bisiknya sambil memejamkan mata dan perlahan merentangkan kedua tangannya.

Ia merasakan hembusan angin menerpa wajahnya yang sedikit pucat.

Ia ingin sekali melepaskan semua beban dalam dirinya saat ini, biasanya semua itu ia salurkan dalam kain kanvasnya, namun belakangan ini semua itu tak lagi berguna..

Bebannya makin terasa berat dan membuatnya makin tak tahan lagi…

Perlahan ia merasa matanya mulai terasa panas dan butiran airmata mulai membasahi pipinya..

“Kwon Yuri…kau menyedihkan..!!” ucapnya sambil tersenyum perih.

*#*#*#*#*

“ARRRR!!!” erang seseorang dalam kegelapan.

Ia segera mencari sesuatu di dekatnya, namun karena ia berada dalam kegelapan itu membuatnya kesulitan menemukan benda yang ia cari.

“ARRR!!” erangnya lagi tapi akhirnya ia menemukan sesuatu yang ia butuhkan. Tanpa menunggu lagi ia segera menggunakan kain yang ia temukan untuk menyumpal mulutnya sendiri agar suaranya tak lagi keluar dari mulutnya.

Kini pria itu hanya mampu bersandar pada dinding dan lantai yang dingin.

Rasa sakitnya tak dapat ia lukiskan lagi, hingga ia tak tahu air yang berada di wajahnya itu airmata atau peluh…

Karena rasa sakit yang ia alami ini membuatnya kini tak dapat lagi membedakan apapun…

Bersambung…

---